Sunday, 18 May 2025

Rekomendasi Tempat Makan Keluarga di Jogja: Pawon Mbah Gito

adipraa.com - Minggu pagi menjelang siang (18/05/2025), cuaca cerah dan udara segar menyambut hari libur kami sekeluarga. Hari itu, saya dan keluarga memutuskan untuk brunch, gabungan sarapan dan makan siang, di sebuah rumah makan bernuansa Jawa yang direkomendasikan oleh istri saya, yaitu "Pawon Mbah Gito". Lokasinya berada di Jl. Pasir Luhur, RT. 03 RW. 26, Area Sawah, Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman.
Pawon Mbah Gito, Kuliner Ndeso
Pawon Mbah Gito, Kuliner Ndeso

Bagi yang datang dari arah Jalan Kaliurang, akses menuju lokasi cukup mudah. Terdapat sebuah gang kecil ke arah timur dengan plakat bertuliskan "Pawon Mbah Gito", yang menjadi penunjuk jalan masuk menuju tempat makan ini. Meskipun jalurnya masuk ke area persawahan, suasana yang ditawarkan sangat berbeda dari hiruk-pikuk kota, lebih tenang, asri, dan menyegarkan.

Sesampainya di sana, kami langsung merasa nyaman dengan area parkir yang luas. Tidak perlu khawatir soal tempat kendaraan, karena lahan parkirnya mampu menampung cukup banyak mobil dan motor, sangat cocok untuk pengunjung keluarga besar sekalipun.
Meja No. 25 View Sawah
Meja No. 25 View Sawah

Begitu memasuki area depan restoran, kami disambut dengan ramah oleh petugas. Tanpa harus memilih sendiri, petugas tersebut segera mencarikan meja yang sejuk untuk empat orang dan mengantar kami ke meja nomor 25. Posisi meja ini cukup strategis karena menghadap langsung ke hamparan sawah yang hijau. Duduk di sana, kami merasa seperti berada di pedesaan, ditemani semilir angin dan suara alam yang menenangkan.
Salah satu koleksi hewan yang ada di Pawon Mbah Gito
Salah satu koleksi hewan yang ada di Pawon Mbah Gito

Yang membuat tempat ini semakin istimewa adalah adanya berbagai koleksi hewan yang ditata dengan rapi dan terawat. Anak-anak pasti akan menyukai keberadaan ikan koi yang berenang di kolam, burung merak yang anggun, angsa putih, ayam kampung, dan beberapa jenis burung lain. Putra saya sangat antusias melihat-lihat, membuat suasana makan menjadi lebih menyenangkan dan penuh interaksi. 
Prasmanan, ambil sendiri menu makannya
Prasmanan, ambil sendiri menu makannya

Menu makan adipraa
Menu makan adipraa

Menu di "Pawon Mbah Gito" disajikan secara prasmanan. Aneka hidangan khas Jawa tersedia dan bisa dipilih sesuka hati. Saya sendiri memilih nasi merah, telur dadar, tempe garit, dan sayur melinjo. Kombinasi yang sederhana namun sangat memuaskan. Cita rasanya seperti masakan rumah yang penuh kehangatan, cocok untuk selera keluarga Indonesia. Selain lauk utama, tersedia juga aneka gorengan, sambal, serta minuman tradisional yang menambah lengkap pengalaman kuliner di sini.
Teh Jahe dengan gula batu
Teh Jahe dengan gula batu

Untuk minuman, saya memilih teh jahe hangat dengan gula batu. Rasanya begitu pas: hangat, aromatik, dan memberi efek menenangkan. Teh jahe ini terasa istimewa karena menggunakan bahan segar dan disajikan dalam gelas bening sehingga terlihat jahe di dalamnya.
Pemandangan di lantai 2 Pawon Mbah Gito
Pemandangan di lantai 2 Pawon Mbah Gito

Selesai makan, saya dan anak saya yang paling kecil mencoba naik ke lantai dua. Dari atas, pemandangan terbuka memperlihatkan pematang sawah dengan petani yang sedang menanam padi, pemandangan langka yang sekarang sulit ditemui. Anak saya tampak penasaran melihat aktivitas itu, dan saya pun menggunakan kesempatan ini untuk bercerita sedikit tentang proses bertani. Momen sederhana ini terasa begitu berarti karena menyatukan edukasi dan kebersamaan dalam satu pengalaman.
Mushola dan Toilet bersebelahan
Mushola dan Toilet bersebelahan

Si bungsu antusias melihat koleksi hewan yang ada
Si bungsu antusias melihat koleksi hewan yang ada

Fasilitas pendukung juga sangat memadai. Musholla yang tersedia bersih dan tenang, begitu juga dengan toilet yang terawat baik. Tidak hanya nyaman untuk makan, *Pawon Mbah Gito* juga memastikan pengunjung merasa betah dan bisa berlama-lama tanpa khawatir soal kebutuhan dasar. 
Berfoto bersama di Pawon Mbah Gito
Berfoto bersama di Pawon Mbah Gito


Secara keseluruhan, "Pawon Mbah Gito" sangat direkomendasikan sebagai destinasi kuliner untuk keluarga. Nuansa pedesaan yang tenang, makanan enak, pelayanan ramah, serta fasilitas lengkap menjadikannya tempat yang cocok untuk quality time di akhir pekan. Tempat ini benar-benar menghadirkan pengalaman makan yang menyenangkan.

Monday, 12 May 2025

Review Film The Mother (2023): Aksi, Emosi, dan Cinta Seorang Ibu

adipraa.com - Mumpung libur Waisak pada tanggal 13 Mei 2025, adipraa memanfaatkan waktu luang ini untuk menuntaskan satu film aksi yang sudah lama ada di daftar tontonan, yakni "The Mother". Film ini dirilis di Netflix pada tahun 2023 dan dibintangi oleh Jennifer Lopez sebagai tokoh utama. Bagi saya, menonton film ini terasa seperti menemukan versi Hollywood dari film “Exterritorial” yang sebelumnya sudah saya ulas. Keduanya memiliki kesamaan tema besar, yaitu perjuangan seorang ibu untuk melindungi anaknya dari ancaman berbahaya. Namun, "The Mother" membawa nuansa yang lebih tegang, gelap, dan penuh aksi. 
Review Film: The Mother
Review Film: The Mother

Secara singkat, film ini mengisahkan tentang seorang seorang mantan agen militer (diperankan oleh Jennifer Lopez) yang menjalani kehidupan dalam pelarian setelah berseteru dengan dua tokoh kriminal internasional yang berbahaya. Dalam keadaan hamil, ia terpaksa bekerja sama dengan FBI untuk menjebak mantan rekannya yang ternyata terlibat dalam perdagangan senjata dan manusia. Namun, setelah rencana tersebut bocor, sang ibu nyaris terbunuh dan terpaksa menyembunyikan anak yang baru dilahirkannya demi keselamatannya. Ia pun mengasingkan diri di hutan Alaska selama bertahun-tahun, hidup dalam keheningan dan pengasingan sambil terus mengawasi perkembangan putrinya dari kejauhan melalui jaringan informasi bawah tanah.

Ketegangan mulai memuncak ketika anak perempuannya, Zoe, yang kini berusia 12 tahun, diculik oleh musuh lama sang ibu. Dari sinilah dimulai perjalanan dramatis sekaligus menegangkan seorang ibu yang kembali terjun ke dunia berbahaya demi menyelamatkan anaknya. Perjalanan ini bukan sekadar penyelamatan fisik, tetapi juga menjadi jalan panjang menuju keterhubungan emosional antara ibu dan anak yang sebelumnya terpisah oleh keadaan. Film ini bukan hanya menampilkan adegan aksi yang memacu adrenalin, tetapi juga mengangkat konflik batin seorang ibu yang harus memilih antara menyelamatkan anaknya atau menyeretnya ke dunia yang penuh kekerasan dan bahaya.

Jennifer Lopez tampil solid dalam memerankan tokoh “The Mother”. Ia berhasil membawa nuansa emosional sekaligus kekuatan fisik dalam satu karakter. Penonton bisa melihat sisi lembutnya saat ia menyentuh foto sang anak secara diam-diam di hutan yang sepi, lalu seketika berubah menjadi sosok tangguh saat harus berhadapan dengan lawan-lawan bersenjata. Aktingnya menunjukkan bahwa peran ibu tidak selalu identik dengan kelembutan pasif, tetapi juga bisa menjadi simbol ketangguhan dan perlindungan tanpa batas.

Secara visual, film ini memanjakan penonton dengan latar lokasi yang kontras: mulai dari kota yang sibuk hingga keheningan hutan Alaska yang dingin dan sunyi. Sutradara Niki Caro berhasil menggabungkan elemen visual yang mendukung nuansa emosional dan ketegangan cerita. Musik latar juga cukup efektif dalam membangun atmosfer tegang, terutama pada adegan pengejaran atau saat sang ibu harus bersembunyi dari musuh-musuhnya. 

Salah satu momen paling berkesan adalah ketika sang ibu mulai melatih Zoe untuk bertahan hidup di hutan. Alih-alih hanya menyelamatkannya dan membawanya pulang, ia justru memilih untuk mengajarinya cara bertahan, mengendalikan senjata, dan mengenali bahaya. Ini adalah bagian yang mungkin kontroversial bagi sebagian penonton, tetapi justru memperlihatkan cinta seorang ibu dalam bentuk yang keras dan penuh kesiapsiagaan.

The Mother adalah film aksi dengan sentuhan emosional yang kuat. Kisahnya memberikan sudut pandang berbeda tentang peran seorang ibu, jauh dari stereotip yang selama ini ada. Ia bukan hanya pelindung, tetapi juga pejuang, pengamat dalam diam, dan pendidik dalam ketegasan. Jika Sahabat Adipraa menyukai film dengan karakter perempuan kuat yang penuh konflik batin dan fisik, maka "The Mother" adalah pilihan yang patut dipertimbangkan.

Saturday, 10 May 2025

EXTERRITORIAL, Ketika Seorang Ibu Jadi Pasukan Khusus Lagi

adipraa.com - Lama nian tidak mengulas film yang saya tonton. Akhirnya, minggu ini saya menyelesaikan tontonan film thriller berjudul "EXTERRITORIAL" yang tersedia di Netflix. Kita ulas secara singkat ya! Film ini menghadirkan kisah yang penuh ketegangan dan emosi, dengan alur yang menegangkan sejak awal hingga akhir. Salah satu daya tarik utamanya adalah akting dari Jeanne Goursaud yang memerankan tokoh utama bernama Sara, seorang mantan prajurit pasukan khusus yang tak kenal takut dan rela melakukan apa pun demi anaknya. 
Review Film: Exterritorial
Review Film: Exterritorial

Cerita film ini dimulai dari sebuah kejadian misterius: putra Sara tiba-tiba menghilang tanpa jejak di dalam area konsulat Amerika Serikat. Sebagai seorang ibu sekaligus mantan militer, Sara langsung menyadari ada yang tidak beres. Rasa panik dan insting militernya berpadu menjadi satu kekuatan besar yang mendorongnya untuk menyusup dan menyelidiki kejadian itu. Namun, misi pencarian tersebut tidak mudah. Area konsulat dilindungi oleh hukum eksterritorial yang membuatnya seperti berada di luar jangkauan yurisdiksi hukum lokal. Ini memberikan lapisan tantangan tambahan yang membuat konflik dalam cerita semakin kompleks dan mencekam.

Jeanne Goursaud berhasil membawakan karakter Sara dengan sangat meyakinkan. Ia tampil kuat, dingin, dan emosional di saat yang tepat. Peran ini menunjukkan sisi lain dari dirinya sebagai aktris yang tidak hanya mengandalkan penampilan fisik, tetapi juga mampu menyampaikan penderitaan batin seorang ibu yang kehilangan anaknya. Emosi yang ia tampilkan terasa tulus dan menusuk, apalagi saat ia mulai mengungkap tabir konspirasi gelap yang selama ini tersembunyi di balik dinding konsulat tersebut.

Film ini dikemas cukup rapi. Tempo cerita dijaga agar tidak terlalu lambat ataupun terburu-buru. Teka-teki yang dihadirkan mengundang rasa penasaran, dan setiap adegan aksi tidak hanya menampilkan kekerasan, tetapi juga strategi dan keterampilan bertarung Sara yang tampak realistis. Musik latar yang digunakan turut memperkuat nuansa thriller yang mencekam. 

Menariknya lagi, bukan hanya aksi penyelamatan semata, tetapi juga isu-isu politik dan diplomatik disinggung secara halus. Konsep "wilayah kekebalan hukum" menjadi latar yang tidak biasa dan cukup segar untuk genre thriller. Ini membuat penonton mempertanyakan bagaimana kekuasaan bisa disalahgunakan ketika hukum tidak bisa menembus batas-batas tertentu.

Bagi penggemar genre thriller yang menyukai aksi, misteri, dan drama emosional yang mendalam, film ini menurut saya layak masuk daftar tontonan. Film "Exterritorial" mengingatkan kita bahwa kekuatan seorang ibu bisa menjadi sangat luar biasa ketika menyangkut keselamatan anaknya—bahkan jika itu berarti menantang seluruh sistem.